Pajak 30% bagi Bitcoin Miner AS dan Jualan Ridwan Kamil di Bitcoin 2023 Conference
Anjay, gw lg gabut ngerangkai informasi ga jelas, dari makna 'wacana pajak cukai di Amerika Serikat (AS) bagi Bitcoin miner', terus melompat ke 'Ridwan Kamil yang konon bakal hadir Bitcoin 2023 Conference'.
Jadi, Pemerintah AS di bawah Presiden Joe Biden menyerukan proposal 'pajak cukai’ 30% buat semua listrik yang dipake untuk kebutuhan crypto mining. Usulan itu disampaikan sejak 9 Maret lalu, terus digaungkan lagi 2 Mei kemarin.
Hari Kamis kemarin, dalam acara Bitcoin 2023 Conference, CEO dari Marathon Digital, salah satu perusahaan Bitcoin miner publik terbesar, belum berani bilang kalau: 'proposal pajak cukai 30% buat semua listrik yang dipake crypto mining' itu adalah upaya buat membunuh Bitcoin.
Tapi, menurut CEO Marathon Digital, hal tersebut mempersulit para Bitcoin miner untuk beroperasi di AS.
Hal itu juga mendorong mereka buat ancang-ancang cari tempat operasi lain di luar AS.
Kalau dipikir-pikir pakai pemahaman awam, sebenarnya Marathon Digital bisa aja lari ke Kazakhstan. Ternyata, ga sesederhana itu ya.
Banyak orang terkejut, Kazakhstan sempat ada di urutan ke-2 dalam aktivitas Bitcoin mining pada tahun 2021. Tapi, pangsa hashrate dari negara itu sebenarnya kemudian anjlok dari puncaknya 18% pada Oktober 2021, jadi cuma 4% per Mei 2023.
Menurut Hashrate Index, ini gara2 mulai muncul penjatahan listrik di Kazakhstan, karena meningkatnya secara drastis konsumsi Bitcoin mining di sana, dari hanya 200 megawatt (MG) jadi 1,5 gigawatt (GW).
Terlepas dari kondisinya saat ini, ada 4 faktor penting yang dorong pertumbuhan luar biasa aktivitas Bitcoin mining di Kazakhstan pada tahun 2021.
1. Melimpahnya akses ke listrik murah di Kazakhstan. Sumbernya mayoritas dari batu bara. Lebih menguntungkan bagi pemilik pembangkit listrik buat bisnis Bitcoin mining daripada ngejual listriknya.
2. Arus modal masuk dari pelaku industri Bitcoin mining di Amerika Utara dan Eropa ke Kazakhstan. Permintaan hosting meningat tajam.
3. Larangan aktivitas Bitcoin mining di China per Mei 2021. Ini bikin akses murah ke peralatan Bitcoin mining.
4. Regulasi longgar dari pemerintah Kazakhstan dan keringanan pajak buat perusahaan IT.
Singkat cerita, 9 Mei kemarin, Marathon Digital melihat peluang baru di Abu Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Mungkin dilihat dari kapital (modal) dan visi dari penguasa di wilayah ini kali ya.
Mereka bikin usaha patungan sama Zero Two, perusahaan yang didukung SWF Abu Dhabi, buat ngoperasiin 2 lokasi Bitcoin mining dengan kapasitas gabungan 250 megawatt. Sumber energinya, katanya dari kelebihan energi di Abu Dhabi.
Selain itu, Marathon Digital juga cari inisiatif baru di berbagai belahan dunia lain.
Jadi, menurut catatan VanEck pada Juni 2021, Paraguay ngebangun pembangkit listrik tenaga air bareng Brasil. Rupanya, Paraguay cuma pake 1/4 dari listrik yang jadi bagian mereka.
Di Bitcoin 2023 Conference, CEO Marathon Digital bilang peluang di Paraguay itu bisa dimanfaatin buat industri Bitcoin mining. Selain itu, itu juga sumbernya dari energi hijau kan, bukan dari batu bara macem di Kazakhstan.
Nah, 6 Mei kemarin, Jan3, perusahaan yang dorong hyperbitcoinization di level negara-bangsa, jelasin 'peluang' apa yang dibawa Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, saat doi hadir di Bitcoin 2023 Conference.
Kata Jan3, peluang itu tentang potensi energi yang ada di Indonesia. Khususnya, mereka nyorotin energi baru terbarukan (EBT) yang ada di Indonesia, termasuk hydro, matahari, angin, dan panas bumi.
Diklaim ada lebih dari 400 gigawatt sumber energi terbarukan yang belum dimanfaatkan di Indonesia.
Pake bahasa Jan3, di sinilah terjadi titik temu. Baik bagi perusahaan Bitcoin miner yang ingin diversifikasi lokasi operasi mereka, dan bagi Indonesia yang cari2 investor untuk manfaatin potensi itu. Udah gitu aja sih. [*]